Museum Negeri Provinsi Nusa Tenggara Barat dibangun sejak tahun 1976/1977 dan selesai pada tahun 1980/1981. Museum Negeri NTB ini diresmikan pada 23 Januari 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu yaitu Dr. Daoed Joesoef.
Museum ini terletak di Jalan Panji Tilar Negara No.6 Kota Mataram dengan gaya bangunan pada bagian atapnya mengikuti arsitektur rumah adat sasak. Koleksi pada Museum NTB sekarang sudah mencapai sekitar 7513 buah, beberapa diantaranya merupakan peninggalan bersejarah dari suku yang mendiami Lombok, Sumbawa dan peninggalan bangsa-bangsa lain yang pernah singgah di Lombok untuk berdagang.
Beberapa bulan yang lalu tepatnya bulan Juli 2019, kami berkunjung ke Museum ini. Kami melalui pintu gerbang yang didesain sesuai dengan bangunan khas sasak kemudian langsung memasuki area Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, di bagian depan langsung disambut oleh buaya muara asli sepanjang 4,1 Meter (yang sudah diawetkan) yang diletakkan di dalam kotak kaca. Sedangkan di dinding sisi kanan-kiri ruangan, kami melihat lukisan yang menceritakan tentang kesenian Pulau Lombok dan Sumbawa.
Selanjutnya memasuki ruangan pameran. Di dalam gedung ini, kita bisa melihat miniatur Pulau Lombok dan Sumbawa. Di sini kita melihat dan membaca informasi tentang beberapa spesies flora dan fauna di kedua pulau, yang terancam punah serta dilindungi oleh pemerintah. Seperti Pohon Gaharu (Exoecaria aqallocia), Kayu Kelicung (Dyospiros malabarica), Beo Sumbawa, Kupu-kupu Raja Halifron, dan beberapa biota laut
lainnya.
Menuju ke gedung kedua akan melewati koridor penghubung yang pendek, yang di tengahnya terdapat miniatur Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Juga saat memaasuki gedung ini, kita akan disambut dengan beberapa pasang pengantin yang memakai pakaian tradisional beberapa suku. Seperti Suku Sasak, Sumbawa, Bima, dan Bali. Di sebelah pengantin Bali, Anda akan melihat kuda-kudaan atau Jaran Kumput. Jaran Kumput adalah kuda-kudaan yang biasanya dinaiki oleh seorang anak yang telah disunat dan diarak keliling desa.
lainnya.
Menuju ke gedung kedua akan melewati koridor penghubung yang pendek, yang di tengahnya terdapat miniatur Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Juga saat memaasuki gedung ini, kita akan disambut dengan beberapa pasang pengantin yang memakai pakaian tradisional beberapa suku. Seperti Suku Sasak, Sumbawa, Bima, dan Bali. Di sebelah pengantin Bali, Anda akan melihat kuda-kudaan atau Jaran Kumput. Jaran Kumput adalah kuda-kudaan yang biasanya dinaiki oleh seorang anak yang telah disunat dan diarak keliling desa.
Selanjutnya, kita akan menemui alat tenun tradisional, yang biasa dipakai di Pulau Lombok dan Bima. Alat tenun tersebut sampai sekarang masih digunakan di Desa Sukarara dan Desa Pringgasela. Selain itu, alat musik tradisional, peralatan ibadah umat Hindu dan Islam, berbagai macam topeng, patung-patung dewa dalam ajaran Hindu, alat-alat permainan rakyat, serta pedang dan pisau yang berukiran huruf Arab dan Sasak.
Terakhir, kita juga bisa melihat peninggalan dari Kesultanan Bima, berbagai peralatan dapur tradisional, alat transportasi, Sandal (Lelampak) yang terbuat dari pelepah pohon Enau, serta miniatur kampung nelayan lengkap dengan patung nelayan yang sedang membuat jaring.
Demikian Semoga Bermanfaat.