Sebuah Kisah "Payung Tua"

0


Di sebuah desa kecil yang terletak di antara pegunungan, terdapat sebuah toko barang antik yang dikenal dengan berbagai koleksi uniknya. Toko itu dimiliki oleh seorang wanita tua bernama Nenek Lila, yang dikenal dengan senyum ramah dan cerita-cerita menyeramkan tentang barang-barang yang dijualnya.


Suatu hari, seorang pemuda bernama Ardi, yang baru saja pindah ke desa itu, merasa tertarik untuk menjelajahi toko tersebut. Saat memasuki toko, ia dikejutkan oleh tumpukan barang antik yang terlihat berdebu dan kusam. Namun, satu benda menarik perhatiannya: sebuah payung tua dengan kain berwarna merah gelap dan pegangan kayu yang sudah mulai lapuk.


Ah, payung itu!” Nenek Lila menghampiri Ardi dengan senyum misterius. “Itu payung yang sudah lama tidak dipakai. Dikatakan bahwa payung itu memiliki kekuatan magis.”


Ardi, yang sangat skeptis terhadap hal-hal semacam itu, hanya tertawa. “Kekuatan magis? Maksudnya, bisa melindungi dari hujan?


Nenek Lila menggelengkan kepala. “Tidak, Nak. Payung itu bisa melindungi pemiliknya dari sesuatu yang lebih gelap. Tapi hati-hati, karena ada harga yang harus dibayar.”


Tanpa berpikir panjang, Ardi membeli payung tersebut dan membawanya pulang. Saat sampai di rumah, dia menggantung payung itu di sudut kamarnya, tidak memperdulikan peringatan Nenek Lila. Malam itu, saat hujan turun deras, dia merasa tidak nyaman melihat payung tua itu di sudut ruangan.


Ketika jam menunjukkan tengah malam, Ardi terbangun oleh suara gemuruh yang sangat keras. Hujan yang jatuh di luar jendela tidak dapat membangunkannya, tetapi suara itu semakin mendekat, membuatnya merasa gelisah. Dia memutuskan untuk memeriksa suara itu, dan saat melihat keluar, dia melihat bayangan gelap bergerak di sekitar rumahnya.


Ketika jam menunjukkan tengah malam, Ardi terbangun oleh suara gemuruh yang sangat keras. Hujan yang jatuh di luar jendela tidak dapat membangunkannya, tetapi suara itu semakin mendekat, membuatnya merasa gelisah. Dia memutuskan untuk memeriksa suara itu, dan saat melihat keluar, dia melihat bayangan gelap bergerak di sekitar rumahnya.


Ketika jam menunjukkan tengah malam, Ardi terbangun oleh suara gemuruh yang sangat keras. Hujan yang jatuh di luar jendela tidak dapat membangunkannya, tetapi suara itu semakin mendekat, membuatnya merasa gelisah. Dia memutuskan untuk memeriksa suara itu, dan saat melihat keluar, dia melihat bayangan gelap bergerak di sekitar rumahnya.



Ardi merasa lega, tetapi kemudian bayangan itu mulai bergetar dan memudar, menampakkan sosok seorang wanita dengan wajah pucat dan mata kosong. “Bawa aku bersamamu…” suaranya lembut namun penuh desakan. “Hanya dengan payung itu, aku bisa bebas.”


Terkejut, Ardi menutup payung itu dan berlari menjauh, tetapi wanita itu semakin mendekat. “Jangan lari! Aku terjebak di sini! Hanya kau yang bisa membebaskanku!”


“Bawa aku bersamamu, Ardi! Hanya dengan mengorbankan sesuatu yang berharga, aku bisa bebas!”


Saat dia kembali ke tempat tidurnya, suara itu terus menggema di kepalanya. Tidak lama kemudian, Ardi merasa kelelahan dan tertidur. Dalam tidurnya, dia bermimpi tentang bayangan wanita itu, dan dia melihat momen saat wanita itu terjebak di payung, dikelilingi oleh kegelapan. Dia menyadari bahwa payung itu adalah penjara bagi jiwa-jiwa yang terperangkap.


Keesokan harinya, Ardi memutuskan untuk kembali ke toko Nenek Lila. Saat dia menceritakan apa yang terjadi, Nenek Lila menatapnya dengan serius. “Kau harus berhati-hati, Nak. Payung itu telah mengikat jiwanya dengan jiwamu. Jika kau tidak membebaskannya, kau akan terperangkap selamanya.”


Tanpa menunggu lebih lama, Ardi bertanya bagaimana cara membebaskan jiwa wanita itu. Nenek Lila menjelaskan bahwa dia harus melakukan ritual dengan mengorbankan sesuatu yang paling berharga baginya.


Ardi merasa bingung dan putus asa. Dia sangat tidak ingin kehilangan sesuatu yang berharga, tetapi wanita itu terus memanggilnya, dan dia tidak bisa mengabaikannya.


Malam itu, dia kembali ke rumah, dan suara wanita itu semakin kuat.


“Aku tidak bisa menunggu lebih lama, Ardi! Lakukan ritualnya!”


Dalam keputusasaannya, Ardi memutuskan untuk melakukannya. Dia mengumpulkan barang-barang yang berharga baginya: foto keluarganya, buku favoritnya, dan bahkan jam tangan warisan dari kakeknya. Namun, saat dia akan mengorbankan barang-barang itu, dia teringat akan payung yang selalu ada di sampingnya.


Dia merasa tertekan. “Apa yang harus aku lakukan?” pikirnya.


Dengan tangan bergetar, dia menutup payung itu dan membawanya ke luar. Saat dia sampai di tengah hujan, Ardi membuka payung itu, membiarkan cahaya merah memancar ke langit. Suara wanita itu kembali mendesak, lebih jelas dan lebih kuat.


“Sekarang! Korbankan yang terpenting!”


Dalam ketegangan, Ardi mengangkat jam tangannya dan berteriak, “Aku mengorbankan jam ini untuk membebaskanmu!”


Saat jam tangan itu jatuh ke tanah, cahaya dari payung semakin kuat, dan sosok wanita itu muncul di hadapannya, tampak lebih jelas dan nyata. “Terima kasih, Ardi,” katanya, suara lembut dan penuh rasa syukur.


Tiba-tiba, bayangan gelap muncul dari kegelapan, menyelubungi mereka. “Kau tidak bisa membebaskannya!” teriak bayangan itu, berusaha menarik wanita itu kembali.


Ardi berusaha melawan, tetapi cahaya dari payung mulai memudar. “Bawa aku bersamamu!” wanita itu berteriak, sementara bayangan semakin kuat, berusaha merenggutnya.


Dalam kebingungan, Ardi berlari menuju bayangan itu dan menerjangnya, berusaha menyelamatkan wanita itu. Namun, bayangan itu semakin kuat, dan Ardi merasakan tubuhnya ditarik ke dalam kegelapan. Dia terjebak dalam gelap, dengan suara wanita itu menghilang.


Ketika semuanya berakhir, Ardi terbangun di kamarnya, merasa lelah dan bingung. Payung tua itu tergeletak di sudut ruangan, kini tampak lebih tua dan usang. Dia tidak tahu apakah semua itu nyata atau hanya mimpi buruk.


Namun, saat dia melihat ke luar jendela, hujan mulai turun. Di tengah hujan, dia melihat bayangan wanita itu berdiri di luar, menatapnya dengan mata kosong. Dan saat dia mencoba berteriak, suara itu hanya terdiam di bibirnya.


Ardi menyadari bahwa meskipun ia berhasil mengorbankan jam tangan yang berharga, dia telah terjebak dalam lingkaran kutukan itu. Payung tua itu kini menjadi penjara baru baginya, dan suara wanita itu terus memanggil, menunggu untuk bebas.


Di antara tetesan hujan, Ardi terperangkap, tidak bisa melarikan diri dari masa lalunya, dan tak akan pernah lepas dari payung tua yang kini menjadi bagian dari hidupnya selamanya.

Post a Comment

0Comments

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*